Apakah Gubernur Sumatera Selatan yang Baru akan Peduli Program Hijau Berkelanjutan?

Dr. Najib Asmani, Staf Khusus Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Bidang Perubahan Iklim, sangat yakin jika konsep pembangunan hijau berkelanjutan atau South Sumatra Green Growth, akan tetap didukung pemimpin Sumsel yang baru. Pemilihan ini serentak dilakukan dengan kepala daerah lain di Indonesia, pekan terakhir Juni 2018.

Apa jaminannya? Konsep pembangunan yang diusung Gubernur Sumsel Alex Noerdin sejak 2014, telah mendapat dukungan Pemerintahan Jokowi-Jk, juga mendapat dukungan dari international seperti Inggris, Jerman, Norwegia, USA, serta berbagai lembaga international. “Mongabay juga terus memantau perkembangan program ini,” katanya, saat diskusi bersama Mongabay Indonesia di Rumah Sriksetra, Plaju, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (7/6/2018).

Selain itu, konsep pembangunan tersebut telah membangun kemitraan di tingkat lokal dan international. Baik di perguruan tinggi, NGO, lembaga pemerintah, dan pelaku usaha. “Saya yakin gubernur Sumsel yang baru tidak menyiakan konsep yang sudah matang ini,” katanya.

Najib pun menjelaskan, pada Juli 2018 akan diserahkan draf peraturan daerah pembangunan hijau Sumatera Selatan ke Dewan Perwakilan Rakyat. “Ini sebagai jaminan hukum bagi gubernur yang baru, dalam menjalankan program yang bertujuan menyelamatkan umat manusia beserta makhluk hidup lainnya,” katanya. “Ini juga sesuai amanah Raja Sriwijaya yang tercatat dalam Prasasti Talang Tuwo,” lanjutnya.

Danau yang berada di lahan gambut. Foto: Rhett Butler/Mongabay.com

Muhaimin, dari PINUS Sumsel setuju jika konsep pembangunan hijau berkelanjutan diteruskan pemimpin Sumsel yang baru. “Itu memang sudah jadi pilihan terbaik para pemimpin di dunia saat ini,” katanya.

Tetapi, hendaknya perspektifnya jangan mengedepankan ekonomi hijau, juga terkait penyelamatan peradaban manusia. “Kita jangan dengan kondisi alam saat ini, tapi juga jangan dijadikan “mainan” dari kepentingan ekonomi global. Semua harus dilakukan atas dasar kepedulian melindungi lingkungan,” jelasnya.

Sementara sejumlah mahasiswa yang mewakili lembaga pers kampus dan pencinta alam seperti UIN Raden Fatah, Universitas Muhamammadiyah Palembang, mengharapkan gubernur yang baru mengutamakan kepentingan lingkungan hidup ketimbang pembangunan ekonomi yang selama ini tidak terbukti memperbaiki kualitas hidup rakyat.

“Sumber daya alam kian rusak, hutan habis, sumber energi fosil juga terkuras, tapi rakyat yang hidup di dekat sumber daya itu miskin. Ini artinya, pembangunan ekonomi hanya mitos,” kata Muhammad Ikbal dari UIN Raden Fatah.

Masyarakat Sumatera Selatan berharap, Gubernur Sumatera Selatan terpilih nanti akan peduli lingkungan. Foto: Taufik Wijaya/Mongabay Indonesia

Falasifah Jamil dari Universitas Muhammadiyah Palembang mengaku, konsep pembangunan hijau berkelanjutan belum dipahami sepenuhnya oleh mahasiswa. “Kami tidak pernah mendapatkan indormasi atau pengetahuan akan hal tersebut. Kami hanya paham jika pembangunan itu hasilnya adalah pendapatan atas uang atau dana yang besar, juga persoalan kerusakan lingkungan. Artinya butuh sosialisasi kepada kami, para mahasiswa, apa itu pembangunan hijau berkelanjutan,” katanya.

“Soal pemimpin peduli lingkungan hidup, itu jelas standar utama. Jika tidak? Kami bingung, sebab dampak kerusakan sudah dirasakan kita semua. Tidak hanya di Palembang, tetapi juga hampir semua manusia di dunia,” sambungnya.

Yandri Wijaya, pemuda tani dari Desa Perigi Talangnangka, Kabupaten OKI, berharap pembangunan hijau berkelanjutan mendorong dan memafasilitasi para sarjana untuk kembali ke desa, menjadi petani. “Jika para sarjana menjadi petani saya pikir ke depan Indonesia tidak akan krisis pangan. Orang pintar itu pasti berpikir cerdas, tidak gampang dibodohi penjahat sumber daya alam, dan peduli pada kepentingan orang banyak,” jelasnya.

Sebagai informasi, ada empat calon Gubernur Sumsel yang bertarung untuk periode 2018-2023 yakni Herman Deru, Ishak Mekki, Aswari Rivai, dan Dodi Reza.

copyright: Mongabay

× Hubungi Kami Untuk Pemesanan